23 April 2008

TV Muhammadiyah DIY ADiTV Jalani EDP

Jogjakarta. Tanggal 16 April yang lalu ADiTV--stasiun televisi yang digagas oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY)--menjalani evaluasi dengar pendapat (EDP) dihadapan KPID DIY, para anggota DPRD DIY, pejabat Pemprov DIY dan publik di kampus III UAD. EDP merupakan salah satu fase yang harus dijalani oleh perusahaan jasa penyiaran televisi swasta untuk memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran. Hadir pada EDP tersebut jajaran komisaris PT Arah Dunia Televisi--perusahaan yang menaungi ADiTV--antara lain Amien Rais (Komisaris Utama), Kasiyarno, Sukri Fadholi, Agung Danarto dan Muchlas, MT, sedang jajaran Direksi Safar Nasir, Pujatmo, Uswatun Khasanah, Bambang Supriyadi dan Muhammad Ali. Selain itu, hadir pula seluruh komisioner KPID DIY yakni Rahmat, Tri, Surah, Ki Gunawan, Teguh, Iswandi dan Ngurah.
Gambar: Muchlas, M.T. (Komisaris ADiTV) sedang
berkonsultasi dengan Amien Rais
(Komisaris Utama ADiTV) sesaat sebelum EDP.

Dalam EDP tersebut presentasi disampaikan oleh Muchlas, MT mewakili komisaris PT Arah Dunia Televisi. Dalam paparannya Muchlas menyampaikan hasil studi kelayakan ADiTV dari 4 aspek yakni legal formal, pendanaan, program dan teknis. Amien Rais selaku komisaris utama ADiTV dalam keterangannya kepada salah satu komisioner KPID dalam forum EDP tersebut menyatakan bahwa ADiTV adalah stasiun televisi yang benar-benar membawa kearifan lokal dan bebas dari kepentingan politik apapun. Saat ini ADiTV tengah berjuang memperebutkan sebuah kanal 44 di Jogjakarta bersama 4 stasiun TV lainnya yakni Nusa TV, Kresna TV, Malioboro TV dan Matahari TV. EDP yang dipimpin oleh Ki Gunawan salah satu komisioner KPID DIY dimulai 10 dan berakhir pukul 13 berlangsung lancar dan dinamis.

Karena Protes Ibu-Ibu, Pengajian PCM Cilongok disiarkan di Radio

Sumber: http://www.muhammadiyah.or.id (Penulis: Arif Nur Kholis)
Gambar: Heru Cokro (kiri) dan Muchlas, M.T. (kanan)

Banyumas- Kesadaran Ibu-ibu Aisyiyah untuk ikut mengaji, ternyata membuat bapak-bapak Muhammadiyah di Cilongok berfikir kreatif untuk membuat Radio Komunitas. Menurut Heru Cokro, aktifis PCM Cilongok kepada muhammadiyah.or.id, ahad (13/04/2008), di kompleks Amal Usaha PCM Cilongok, pada mulanya pengajian rutin hanya bisa dihadiri bapak-bapak, karena pertimbangan tempat yang terbatas dan pelaksanaannya yang di malam hari. “Namun, hal itu ternyata menuai protes Ibu-ibu yang juga ingin menghadiri pengajian, karena kebetulan ada kader yang mengerti cara membuat radio komunitas, kami putuskan membuat radio” kisah Heru Cokro.
Radio yang bernama Zam-Zam ini menurut Heru Cokro pada saatnya nanti ingin diubah menjadi radio Komersil, sehingga jangkauannya bisa lebih jauh mengingat luasnya wilayah PCM Cilongok dan juga antusiasnya para pendengar radio yang tidak terbatas hanya warga Muhammadiyah. Bahkan, saat ini radio yang bertempat di belakang minimarket “Zam-Zam” tersebut sudah memasang tower antenna setinggi 30 meter. “Kami dapatkan dari bekas tower warnet” kisah Heru.
Sementara itu, Muchlas, MT, Wakil Ketua Lembaga Pustaka Informasi (LPI) PP Muhammadiyah yang siang itu berkesempatan menghadiri acara peresmian Radio oleh Ketua PP Muhammadiyah HM Muchlas Abror, mengatakan bahwa untuk awal pengembangan akan lebih baik bila radio ini tetap radio komunitas, namun diurus dengan manajemen profesional. “Karena yang lebih sulit biasanya adalah menjaga keberlanjutannya” pesan Muchlas, MT . Lebih lanjut Muchlas MT menyatakan bahwa selain membangun dan mengurus stasiun radio, alangkah lebih baik bila kegiatan off air dalam rangka mengajak PCM-PCM di daerah Banyumas untuk membangun stasiun radio komunitas sejenis. “Tentu saja tidak harus seperti PCM Cilongok, dengan antenna bambu saja juga tidak masalah” terang Muchlas.
Muchlas menceritakan bahwa saat ini Muhammadiyah melalui LPI memang sedang merangsang berdirinya radio-radio komunitas, radio komersil maupun Televisi lokal. Saat ini sudah banyak radio komunitas yang didirikan tingkat PDM, PCM atau Sekolah dan kampus Perguruan Tinggi. Di Padang, ada radio Suara Mentari yang sudah berganti menjadi Radio Komersil. Sedangkan untuk Televisi, saat ini PWM DIY sedang merintis berdirinya stasiun televis lokal bernama ADiTV. “ Masih memperebutkan satu Channel tersisa di Yogyakarta, ..kami mohon do’a restunya” pungkas Muchlas . (Arif).